
Meski Vina berasal dari keluarga sederhana, dari semula hanya seorang karyawan di sebuah pabrik kertas di Blabak, Kabupaten Magelang, kini Vina telah memiliki usaha memproduksi kerajinan sapu dan alat-alat kebersihan rumah lainnya. Menurut Vina usahanya dirintis tahun 2009 bersama sang suami, Zaenal Arifin (41), yang juga mantan karyawan pabrik kertas. Di saat kondisi ekonomi kedua pasangan itu surut, mereka justru memutuskan untuk berhenti bekerja dan memilih menjadi pengusaha.
Vina mengaku kepada Kompas.com bahwa mereka nekat saja dan tanpa banyak pikir dengan mantap meminjam uang modal di bank ketika hendak memulai usaha ini. Vina dan suami waktu itu membuat kerajinan dari bambu untuk suvenir dan hiasan yang dikirim ke rekanan di Yogyakarta dan Bali. Sempat berjalan lancar, tetapi usahanya harus gulung tikar terimbas peristiwa bom Bali. Akibatnya, mereka tidak mampu membayar angsuran pinjaman modal di bank.
Tetapi Vina dan suami pantang menyerah, mereka bertekad untuk kembali membangun bisnis lagi dari nol. Mereka melirik sapu dan alat kebersihan rumah tangga karena di sekitar tempat tinggalnya banyak yang bisnis produk serupa. Idepun muncul untuk memproduksi sapu dan alat kebersihan rumah tangga yang lebih berkualitas dan inovatif. Lewat media internet, mereka pun mendapatkan penyedia bahan sapu dan kemoceng rafia yang berkualitas.
Vina mengaku fokus pada peluang penyediaan bahan baku sapu dan alat kebersihan rumah tangga karena di sekitar mereka banyak pengrajin sapu, tapi untuk bahannya satu pun tak ada yang menyediakan. Merekapun membeli bahan yang kemudian mereka jual grosiran di rumahnya. Vina mendapatkan penyedia bahan baku di Purbalingga, Jawa Barat, yang menurutnya berkualitas bagus. Sedikit demi sedikit mereka memproduksi aneka alat kebersihan rumah, mulai dari sapu, kemoceng, sapu lidi, hingga keset.
Seiring berjalannya waktu, bisnisnya berkembang cukup bagus. Ia memanfaatkan jaringannya ketika masih berbisnis kerajinan bambu dahulu dan membuka jaringan baru yang lebih luas. Di antaranya dengan sistem online dan kerap mengikuti seminar, pelatihan, serta pameran-pameran yang diadakan oleh instansi-instansi tertentu.
Produk kami mulai banyak yang menyukai, karena kami memang mengutamakan kualitas. Sapu kami memang lebih berat, tapi kuat, megar, dan rapi. Harganya relatif murah, berkisar Rp 10.000 - Rp 15.000 per buah, urai Vina.
Peminat produk-produknya tidak saja dari Kota dan Kabupaten Magelang, tetapi juga dari Tegal, Bojonegoro, Medan, Pekanbaru dan bahkan pernah mengirim ke Perancis. Kebanyakan pelanggan mengetahui produknya dari website.
Dibantu oleh sembilan karyawannya, Vina bisa memproduksi sapu hingga 5 ton setiap dua minggu dan bisa bisa mengirim hingga 8 kali ke pelanggannya ke luar kota Magelang. Dalam dua hari saja mereka mendapatkan omzet penjualan mulai Rp 2 juta - Rp 4 Juta.
Zaenal Arifin, suami Vina, menambahkan, dari bisnis sapu itu ia sudah cukup menopang ekonomi keluarga. Ia bahkan bisa membeli rumah, mobil, hingga bisa membuat bisnis lainnya seperti bisnis pakaian dan jasa fotokopi. Alhamdulillah, ini hasil jerih payah kami, ucap Zaenal.
Sumber: Kompas.com