
Sambil memegang sebuah mangkuk besi sang anak merangkak ke depan meja yang bertuliskan “Sumbangan”. Orang-orang di sana berpikir: “Anak ini numpang lewat.” Sebagian lagi berpikir bahwa anak ini mau minta sumbangan. Tetapi apa yang dilakukan anak ini sungguh tidak terduga dan membuat semua orang terkesima!
Anak ini berkata kepada orang-orang di situ, “Saya ingin menyumbang!” Ia pun menuangkan koin dari mangkuknya. Para petugas mengulurkan tangan ingin membantu, tapi dia ingin melakukannya dengan tangannya sendiri. Mereka semua tercengang ketika sang anak memberikan semua yang dimilikinya kepada Lembaga Amal itu dengan usahanya dan dengan tangannya sendiri.
Ternyata tak hanya itu. “Saya masih punya uang lagi.” Anak itu berkata dengan antusias sambil merogoh saku celananya. Ia mengambil beberapa lembar uang dan kemudian menyumbang…lagi! Mereka yang masih terkesima ada yang berpikir, “Aduh adik ini. Jangan- jangan dia sudah menyumbang semua uangnya!”
Anak ini telah mengajarkan kita tentang menghargai dirinya sendiri dengan berlaku mulia meski dengan segala keterbatasannya. Ia mengajarkan kita agar bukan mengasihani melainkan mengasihi. Ia mengajarkan kita bahwa kondisi tubuh bukanlah alasan untuk tidak berhati mulia. Ia seolah mengingatkan kita bahwa seharusnya kita yang bertubuh lebih sempurna lebih banyak lagi berbuat untuk menyayangi sesama.